Cari Blog Ini

Senin, 09 Januari 2012

Anti Korupsi - ujian TTL


* Anti Korupsi

     Maraknya aksi demonstrasi bukan hal baru di Indonesia. Khusus demonstrasi terkait korupsi, sejak jaman Orde Baru, masyarakat sudah terbiasa dengan aksi yang identik di lakukan di jalan-jalan protokol Ibukota.

Pada tahun 1970-an, sejumlah elemen mahasiswa memulai gerakan lawan korupsi dengan berdemonstrasi. Kala itu, ada tiga kelompok demonstran; Demonstrasi Mahasiswa Menggugat, Komite Antikorupsi,dan gerakan anti Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Gerakan ini lahir ketika korupsi perlahan mulai menggerogoti sendi pemerintahan yang tentunya berimbas pada ekonomi rakyat. Gerakan 'jalanan' ini kemudian melahirkan Komite Anti Korupsi (KAK) yang diketuai oleh Wilopo (Perdana Menteri Indonesia ke-7).

Pemerintahan yang dipimpin Soeharto ini langsung merespons tuntutan rakyat. Dalam persidangan di Gedung DPR, Senayan Jakarta, pada 16 Agustus 1970, Soeharto menyatakan komitmennya untuk memberantas korupsi.

Tahun 1972, mahasiswa yang mewakili rakyat kembali beraksi. Kali ini mereka memprotes kebijakan penggunaan anggaran negara untuk proyek eksklusif seperti pembangunan TMII. Aksi semakin meluas pada tahun 1974. Gerakan mahasiswa di Jakarta meneriakan isu "ganyang korupsi" sebagai salah satu tuntutan "Tritura Baru" disamping dua tuntutan lainnya membubarkan asisten pribadi dan menurunkan harga.

Teranyar, gerakan perlawanan rakyat yang tercatat menggores sejarah baru adalah aksi Mei 1998. Aksi yang juga dimotori mahasiswa ini, menuntut mundurnya Presiden Soeharto yang dianggap telah 'merestui' korupsi, kolusi dan nepotisme di Indonesia. 

Hingga reformasi bergulir sepuluh tahun lebih, gerakan menentang praktik korupsi masih marak. Lusa, Rabu 9 Desember, rencananya masyarakat, organisasi masyarakat, aktivis pegiat antikorupsi, tokoh keagamaan, tokoh politik serta tokoh nasional akan bergabung turun ke jalan memperingati Hari Antikorupsi Internasional.

Aksi ini diberi nama Gerakan Indonesia Bersih (GIB). Demonstrasi damai yang akan digelar di Silang Monas, Jakarta Pusat ini bertujuan mengingatkan komitmen pemerintah terhadap upaya pemberantasan korupsi.

Menanggapi aksi ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merasa terpojokkan. Bahkan, dia menengarai ada motif politik dibalik aksi peringatan antikorupsi internasional untuk menggoyang pemerintahannya.


"Saya mendapatkan informasi, pada 9 Desember akan ada gerakan sosial. Sebagian ingin betul-betul ingin memperingati hari antikorupsi. Tapi ada informasi yang saya dapatkan, motifnya bukan itu. Tapi motif politik yang tidak berkaitan dengan korupsi," kata Yudhoyono di Kantor Kepesidenan, Jakarta, 





UNSRI - ujian TTL

  






1. Sejarah Unsri
     Ide untuk memiliki sebuah perguruan tinggi di Sumatera Selatan telah ada sejak awal tahun 1950-an, yang dicetuskan dalam suatu kesempatan resepsi perayaan hari Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1952. Diprakarsai oleh beberapa orang pemuka masyarakat, menjelma menjadi kesepakatan untuk membentuk "Panitia Fakultet Sumatera Selatan". Menjelang akhir Agustus 1952, dengan berbagai pertimbangan, ditetapkan bahwa yang pertama akan didirikan adalah fakultas ekonomi. Untuk itu dibentuklah "Panitia Fakultet Ekonomi Sumatera Selatan" yang dikelola oleh suatu yayasan yang didirikan pada tanggal 1 April 1953 dengan nama "Yayasan Perguruan Tinggi Sjakhjakirti".
     Pembukaan Fakultet Ekonomi secara resmi di bawah Yayasan Perguruan Tinggi Sjakhjakirti ini dilakukan pada tanggal 31 Oktober 1953 dalam suatu acara yang dihadiri oleh Mr. Hadi, Sekretaris Jenderal Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PPK), Drg. M. Isa (Gubernur Sumatera Selatan), Bambang Utoyo (Panglima TT II Sriwijaya) dan Ali Gathmyr (Ketua DPRD Sumatera Selatan).
     Upaya melengkapi perguruan tinggi di Sumsel dilanjutkan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Sjakhjakirti dengan membentuk Panitia Penyelenggaraan Fakultas Hukum. Pada tanggal 1 November 1957, bertepatan dengan perayaan Dies Natalis IV Fakultas Ekonomi, diresmikanlah fakultas tersebut dengan nama 'Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat".
     Pengembangan kemudian dilanjutkan dengan bantuan Penguasa Militer Teritorial II Sriwijaya yang memberikan bantuan keuangan unuk mendirikan gedung permanen Yayasan Perguruan Tinggi Sjakhjakirti di Bukit Besar (kini Kampus Unsri Bukit). Upacara peletakan batu pertamanya dilakukan pada tanggal 31 Oktober 1957.
    Upaya selanjutnya adalah penegerian perguruan tinggi yang sudah ada tersebut. Dengan perjuangan gigih tokoh masyarakat Sumsel ketika itu, antara lain Kolonel Harun Sohar (Panglima selaku Ketua Paperda TT II/ Sriwijaya) dan A. Bastari (Gubernur), hambatan yang masih ada untuk berdirinya universitas negeri di Palembang dapat diatasi. Delegasi yang dikirim ke Jakarta bulan Desember 1959 menemui Menteri PPK (Mr. Moh yamin) berhasil memperoleh jaminan kesediaan pemerintah untuk mengambil alih Perguruan tinggi Sjakhjakirti menjadi suatu universitas negeri. Dengan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1960 tanggal 29 Oktober 1960 (Lambaran Negara Tahun 1960 No. 135) akhirnya berdirilah Universitas Sriwijaya yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 3 November 1960 dalam upacara penandatanganan piagam pendirian oleh Presiden Sukarno dengan disaksikan oleh Menteri PPK (Mr. Priyono) dan beberapa Duta Besar negara sahabat. Sebagai Presiden Universitas yang pertama diangkat Drg. M. Isa yang diangkat dengan Keputusan Presiden No. 696/M tahun 1960 tanggal 29 Okober 1960.
     Untuk memenuhi tuntutan perkembangan, Unsri kemudian merencanakan penambahan kampus, di luar Bukit Besar yang sudah ada, dengan membebaskan tanah seluas 712 hektar, di Indealaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir (Sekarang Ogan Ilir-OI), pada tahun 1982. Pembangunan kampus baru ini dimulai pada tahun 1983 dengan bantuan dana Asian Development Bank (ADB), yang secara fisik baru dimulai pada tahun 1989 dan berakhir pada tanggal 31 Desember 1993. Gubernur Sumatera Selatan H Ramli Hasan Basri memberikan kuliah perdana menandai awal kegiatan akademik di kampus baru Inderalaya ini pada tanggal 1 September 1993. Pemanfaatan sepenuhnya fasilitas di Kampus Inderalaya dilaksanakan dengan Keputusan Rektor pada bulan Januari 1995 dimana ditetapkan bahwa terhitung sejak tanggal 1 Februari 1995 semua kegiatan administrasi dan sebagian besar kegiatan akademik diselenggarakan di Kampus Inderalaya. Peresmian Kampus Unsri Indralaya yang sesungguhnya baru dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 1997 oleh Presiden Soeharto.

2. Lokasi
     Universitas Sriwijaya memiliki dua buah kampus yaitu di Inderalaya (Ogan Ilir) dan di Bukit Besar (Palembang). Kampus Bukit Besar Palembang luasnya 32,5 hektar, dimanfaatkan untuk kegiatan akademik S0 (D3), S2 dan S3, juga diperuntukan bagi Program Ekstension S1 dan Program Pascasarjana.
    Kampus Utama Inderalaya dengan luas 712 hektar terletak 38 kilometer ke arah selatan kota Palembang, merupakan Pusat Kegiatan Pendidikan untuk jenjang Sarjana (S1). Di kampus Inderalaya juga terdapat Kantor Pusat Administrasi (KPA), Perpustakaan Pusat, Lembaga Bahasa, Lembaga Penelitian, Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, Pusat Komputer, Pusat Kegiatan Mahasiswa, Pusat Kesehatan Komunitas, Klinik Kesehatan, dan Stasiun Pemadam Kebakaran Universitas.
     Unsri juga mempunyai Kebun Percobaan seluas 50 hektar di daerah Gelumbang (62 kilometer di selatan Palembang), Unsri juga memiliki Kampus Fakultas Kedokteran di Kompleks Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang, dan Kampus Pascasarjana di jalan Padang Salasa Bukit Besar Palembang

3. Lambang



     Bunga Melati merupakan bunga suci melambangkan kemurnian, keanggunan, keluhuran, wibawa dan kesetiaan pada cita-cita. Pada lambang digambarkan lima mahkota bunga (corolla) dengan warna kuning muda. Lima mahkota bunga melambangkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia, sedangkan warna kuning muda melambangkan warna Universitas.
     Bunga Seruni sebagai lambang yang paling tua ditemukan dalam sejarah Sriwijaya. Pada lambang digambarkan mahkota bunga (corolla) dari bunga yang terpilin (marginal flower), berjumlah 31, berwarna kuning emas yang terpilin. Jumlah 31 melambangkan tanggal lahir Unsri pada tanggal 31 Oktober 1960 dan warna kuning emas melambangkan keagungan Sriwijaya. Mahkota bunga yang terpilin ke kanan yang mengakibatkan ujung kelopaknya mengarah ke kiri dimaksudkan bahwa Universitas ini berjalan seirama dengan perputaran zaman.
     Cahaya melambangkan ilmu pengetahuan, yang menerangi jagad, menunjukan bahwa hanya dengan ILMU ketidaktahuan dapat ditiadakan. Ilmu digambarkan dengan cahaya (nur) sebanyak 60 pancaran sinar dengan 10 sinar besar, berarti bulan Oktober 1960.
     Kata-kata "UNIVERSITAS SRIWIJAYA" ditulis dengan huruf putih di atas dasar hitam yang menlingkar di dalam bunga seruni. Hitam melembangkan ketidaktahuan. Dengan adanya cahaya, ketidaktahuan dapat ditiadakan, yang lambangkan dengan huruf putih pada kata-kata UNIVERSITAS SRIWIJAYA menandakan Unsri sebagai gudang ilmu.
     Motto "ILMU ALAT PENGABDIAN" ditulis dengan huruf berwarna emas di atas dasar hitam yang terletak dalam selendang dibagian bawah lambang. Motto ini melambangkan bahwa manusia wajib mengabdi kepada Tuhan, negara, bangsa, masyarakat, dan keluarga. Pengabdian yang tidak disertai dengan ilmu pengetahuan tidaklah sempurna.